MENGENAL ALLAH DAN FIRMANNYA (56/90) Pedoman Saaat Teduh ( Hari Ke-56 dari 90 Hari)
KEHENDAK PUNITIF ALLAH
"Aku hidup, sampai selama-Iamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut."
BiLANGAN 22:1-32 Ibrani 12:6
Setiap hamba Allah harus memperhatikan perintah Tuannya. Meremehkan Firman–Nya dan meragukan Dia berarti maut.
Bileam adalah seorang nabi non-Yahudi. Dia diminta Balak, raja bangsa Moab, untuk mengutuk Israel yang merupakan ancaman bagi Moab ketika mereka berkumpul untuk memasuki Tanah Perjanjian. Ketika Bileam membawa perkara itu ke hadapan Tuhan, dia diperintahkan untuk tidak pergi bersama utusan-utusan raja apalagi mengutuk bangsa Israel.
Ketika Balak mengtus pangeran-pangeran yang lebih terhormat kepada Bileam untuk menawarkan kepada nabi itu lebih banyak imbalan, Bileam membawa perkara itu ke hadapan Allah lagi, termotivasi oleh ketamakan akan harta. Dia seharusnya tidak melakukan tindakan tersebut. Allah, setelah berfirman satu kali, seharusnya telah didengar Bileam dua kali karena dia memiliki dua telinga (Mzm. 62:12). Allah, yang tidak berubah di dalam sifat-Nya, tidak mungkin dipengaruhi oleh manusia yang plin-plan (Bil. 22:19) untuk bertindak berlawanan dengan apa yang telah Dia firmankan. Karena Bileam tergiur oleh upah berupa harta, dia telah memutuskan untuk pergi kepada Balak. Untuk membiarkannya Allah berfirman, "Pergilah"kepada Bileam, bukan untuk mendukung Bileam, melainkan untuk menghukumnya. Meski Tuhan berkata kepadanya, "Pergilah," maksud yang sebenarnya adalah "Pergilah dan matilah!" Bileam akhirnya diganjar dengan kematian (Bil. 31:8). Kita menyebut hal ini kehendak Allah yang punitif.
Di dalam Perjanjian Baru kita mendapatkan rekan Bileam. Dia adalah Yudas. Meski Yesus berbuat sebaik mungkin untuk menyelamatkannya, pikiran Yudas telah bulat untuk mengkhianati Gurunya. Maka Tuhan berkata kepadanya, "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera" (Yoh. 13:27). Yudas, dengan menjual Tuhannya seharga 30 keping perak, berakhir dengan gantung dan ketika dia jatuh dan mati, perutnya terburai sebagai hukuman lebih lanjut. Betapa beratnya kehendak punitif Allah! Ini harus menjadi peringatan bagi kita!
Yang sejalan dengan kehendak punitif Allah adalah hajaran-Nya. Kehendaknya yang menghajar Daud karena dosanya merupakan koreksi dari seorang Bapa yang mengasihi. Maka Daud diajari pelajaran yang buram, tetapi dia tidak sampai terjatuh ke dalam kebinasaan seperti Bileam. Orang-orang yang dihukum dibawah kehendak punitif Allah adalah orang-orang yang terhilang. Orang-orang yang berada dibawah hajaran parternal-Nya adalah orang-orang yang diampuni.
RENUNGKAN Tongkat seorang ayah adalah tongkat tebu.(Ibr.12:6),
DOAKAN Bapa sorgawi, jadikanlah aku yang taat, tetapi jika dihajar olehMu karena menyimpang, tolonglah aku untuk belajar dari kejadian tersebut.
|