Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (Maz 1:1-2) |
ALLAH MENYESAL |
![]() |
![]() |
![]() |
Written by Buswell, T Tow & J Khoo | |||
Wednesday, 17 August 2011 22:15 | |||
ALLAH MENYESAL
A Systematic Theology In the Reformed and Premillennial Tradition of J Oliver Buswell By Timothy Tow and Jeffrey Khoo http://febc.edu.sg/assets/pdfs/febc_press/Theology_for_Every_Christian.pdf diterjemahkan oleh Peter Yoksan Ada beberapa ayat-ayat yang sukar dalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa Allah “menyesal” atau berubah pikiran, dan ayat-ayat ini tampaknya bertentangan dengan ayat-ayat yang berbicara tentang Allah yang tidak berubah (immutability). Haruslah diketahui bahwa ayat-ayat itu berbicara Allah “menyesal” sesungguhnya merupakan contoh dari sebuah ungkapan (figure of speech) yang disebut “antropomorfisme (anthropomorphism).” Contohnya, dalam kitab Amos, khotbah-khotbah yang diungkapkan dalam visi-visi, beberapa di antaranya menubuatkan tentang bencana. Dalam Amos 7:1-2, sang nabi diberi penglihatan tentang kehancuran total lahan pertanian karena wabah belalang. Kemudian dia berdoa, “Ya Tuhan ALLAH, ampunilah, aku memohon padaMu: melalui Engkau sajalah Yakub bangkit?” Dalam ayat 3, kita membaca, “Maka menyesallah TUHAN karena hal itu. "Hal-inipun tidak akan terjadi," firman Tuhan ALLAH. Kemudian diberikan kepada sang nabi sebuah penglihatan tentang kehancuran dari lautan dan daratan oleh api” Dalam ayat ke 5, “Lalu aku berkata: "Ya Tuhan ALLAH, hentikanlah kiranya, aku mohon padaMu! Oleh siapakah Yakub dapat bangkit? Bukankah ia kecil?" Sekali-lagi, “TUHAN menyesal akan hal ini: Hal ini janganlah sampai terjadi, demikianlah firman Tuhan ALLAH” (ayat 6). Jelaslah bahwa kedua visi ini harus dimengerti secara bersama-sama. Pengajaran bukanlah tentang Allah yang berubah pikiran, tetapi bahwa malapetaka-malapetaka tentulah merupakan sebuah penghukuman yang adil untuk dosa-dosa; dan bahwa Allah yang selalu siap melaksanakan penghukuman juga merupakan Allah yang dapat setiap saat menunjukkan rahmat-belas-kasihanNya.
Sifat alami tentang peringatan tentang penghukuman, yang kerap-kali tidak diekspresikan, akan tetapi dengan jelas hal ini dapat dimengerti, dapat dilihat dari cara kita memberi disiplin kepada anak-anak kita. Kita kadang-kadang mengancam anak kita yang nakal, “Aku akan menghukum engkau satu menit lagi,” dengan ancaman ini mereka menghentikan kesalahan mereka. Baik anak-anak maupun orang dewasa mengenal perbedaan antara peringatan bersyarat dengan keputusan akhir. Bahasa antromorfis seperti ini jelas dalam ayat-ayat yang berbicara tentang “penyesalan” Allah.
|
|||
Last Updated on Thursday, 18 August 2011 16:31 |