Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat (1 Petrus 3:15) |
DAPATKAH ORANG BERDOSA MENGENAL ALLAH? |
![]() |
![]() |
![]() |
Written by Buswell, T Tow & J Khoo | |||
Wednesday, 17 August 2011 22:25 | |||
DAPATKAH ORANG BERDOSA MENGENAL ALLAH?
A Systematic Theology In the Reformed and Premillennial Tradition of J Oliver Buswell By Timothy Tow and Jeffrey Khoo
Bukan hanya Allah telah memperkenalkan Diri kepada manusia melalui kemaha-kuasaanNya yang tidak nampak melalui alam-ciptaanNya yang dibentangkanNya, Allah sangat dekat dengan manusia, bahkan manusia sadar akan Allah. Paulus berkata kepada orang Athena, “supaya mereka mencari TUHAN, sehingga mempunyai harapan untuk merasa akan Dia dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga” (Kisah Para Rasul/KPR 17:27-28).
Pengetahuan tentang Allah dalam diri manusia adalah pembawaan-dari-lahir – kita dilahirkan dari Dia. Kaum komunis atheis yang berusaha untuk menekan hal ini telah gagal total. Pengetahuan tentang Allah mendorong manusia untuk mencari Allah, kemampuan dari manusia ini membedakan manusia dengan binatang-binatang. Manusia telah diciptakan sesuai dengan gambaran dan rupa Allah (Kejadian 1:26), kita harus merindukan Dia sebagai anak-anak dari Bapa. Ini membuat kita mengejar moralitas.
Paulus mendiskusikan pekerjaan dari pengetahuan bawaan-lahir tentang Allah dalam Roma 2:7-16. Dengan satu kata, nurani manusia yang menyaksikan apakah ia telah berbuat benar atau salah, itulah pengetahuan yang menundukkan manusia kepada Allah. Nurani mengatakan kepada kita bahwa Allah memberi hadiah untuk orang baik dan menghukum mereka yang jahat.
Untuk mereka yang mencari Allah, seperti Bishop Agustinus dari Hippo, “Ya TUHAN, Engkau telah menciptakan kami untuk DiriMu Sendiri dan jiwa-jiwa kami tidak-dapat-beristirahat sampai mereka menemukan perhentian di dalam Engkau,” hidup kekal diberikan (Roma 2:7). Supaya Agustinus dipimpin kepada kehidupan, Allah menyebabkan seorang anak-kecil berkata kepadanya, “Ambillah, bacalah. Ambillah, bacalah.” Dan pencari kebenaran ini kemudian dipimpin lebih lanjut untuk membaca Roma 13:11-14, dengan demikian ia secara mulia diselamatkan. Demikian juga Kornelius sang kepala pasukan seratus (centurion) dipimpin kepada Juruselamat oleh khotbah Petrus (KPR 10). Wahyu alam tidaklah cukup untuk memimpin satu jiwa kepada keselamatan tetapi Firman Allah dapat melakukan hal ini.
Manusia tidak punya alasan untuk tidak mengenal Allah. Sebagai manusia yang terjatuh ke dalam dosa, bagaimanapun, bukan hanya tidak beribadah kepada Pencipta, dia telah berpaling untuk menyembah kepada benda-benda yang telah Allah ciptakan. Alkitab berkata hal ini sebagai hasil dari ketidak-tahuan yang disengaja dan imajinasi sia-sia. Karena telah menolak Allah, manusia telah terjatuh lebih dalam dan semakin dalam ke dalam kegelapan dan penyembahan berhala yang paling parah (Roma 1:21-23). Dan penyembahan berhala dikutuk dengan istilah-istilah yang paling keras: “Engkau janganlah membuat bagimu patung apapun, yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi: Engkau janganlah sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu” (Keluaran 20:4-6; Perintah Ke Dua).
Sekarang, penyembahan berhala dapat digolongkan sebagai politheisme, yang adalah, penyembahan kepada banyak ilah. Di samping politheisme, ada bentuk lain dari penyembahan berhala yaitu atheisme. Karena untuk berkata bahwa tidak ada Allah, manusia melawan Penciptanya, dan dia menyombongkan diri sebagai “pemikir bebas (free thinker).” Penganut agnostikisme yang berkata bahwa Allah tidak dapat dikenal, [hal ini] tidak berbeda dengan mezbah orang Athena di bukit Mars, “KEPADA ALLAH YANG TIDAK DIKENAL” (KPR 17:23). Deisme yang berkata bahwa Allah ada tetapi Ia tidak lagi melakukan pengendalian atas ciptaanNya adalah satu bentuk dari Epicureanisme, dan pantheisme, yang berkata bahwa Allah di dalam segala sesuatu dan segala sesuatu adalah Allah merupakan konsep agama Hindu. Humanisme meninggikan manusia dan memuja diri sendiri. Materialisme, yang adalah mamonisme, menjadikan tanda dollar sebagai Yang Mahakuasa.
http://febc.edu.sg/assets/pdfs/febc_press/Theology_for_Every_Christian.pdf
|
|||
Last Updated on Thursday, 18 August 2011 16:12 |